Wednesday 14 March 2012

Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran


Judul : Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran
Tebal : 385 halaman
Penerbit : Pustaka LP3S Indonesia

Buku jadul nih, diterbitkan pertama kali tahun 1981. Saya beli atas rekomendasi tukang buku di Palasari.

Ternyata sebuah diari. Baru saja saya baca diari Anne Frank dan sekarang saya baca diari si Soe Hok Gie. 

Siapa sih Soe Hok Gie ini? Seperti judulnya, dia adalah seorang demonstran. Lahir 17 Desember 1942, pemuda berketurunan Cina ini adalah nasionalis sejati. Dia mencintai Indonesia dengan amat sangat sampai rela mengorbankan kehidupan pribadinya untuk memperjuangkan sesuatu yang sia-sia. Dengan tulisannya, ia mengkritik para penguasa yang korupsi dan ketidakadilan di Indonesia. Mulai dari mengkritik kebiasaan mengoleksi wanita Presiden Soekarno, menghasut pembubaran PKI, memimpin berbagai macam demonstrasi, menghina para pejabat dan menteri, entah apa lagi.

"Is it a crime to be an idealist?"

Betul. Soe Hok Gie terlalu idealis. Dia juga seorang reformis yang menolak dibilang radikal. A bitter realist.

Membaca diari Soe Hoe Gie ini entah kenapa saya merasa sedih. Gie terlalu memaksakan diri membela apa yang ia anggap benar. Dia sangat jujur, lurus, dan berani menentang para petinggi negara. Saya mengacungkan jempol untuk keberanian dan sikap nekadnya, tapi saya jadi merasa makin sedih. Masalahnya, apa yang diperjuangkannya tidak berhasil-berhasil bahkan sampai sekarang juga Indonesia masih tetap penuh korupsi seperti dulu. Dengan kata lain, hidupnya dihabiskan untuk memperjuangkan sesuatu yang sia-sia. Ditambah lagi, dengan sikap terang-terangannya itu ia harus mengorbankan kehidupan pribadinya. Kehidupan cintanya tak sejalan dengan kemauannya. Orang tua wanita yang disukainya melarang anak gadisnya dekat-dekat Soe Hok Gie karena takut terlibat. Mereka mengagumi Gie, tapi untuk menjadi bagian keluarga... nanti dulu. Terlalu berbahaya.

Kesepian. Itulah yang dirasakan Gie sebagian besar waktu. Apa yang diperjuangkannya membuatnya dibenci dan dijauhi banyak orang. Dan dia sadar soal itu. Tapi tetap saja. Ia tidak mau mengorbankan pemikirannya dan terus ngotot berjuang. Dia bahkan menulis kalau dia harus belajar jatuh cinta pada kesepiannya.

Luar biasa sosok Soe Hok Gie ini. Bahkan dari muda dia sudah menyukai sastra berat. Leo Tolstoy dilalapnya waktu berusia 12 tahun. Tak heran ia menjadi sang intelektual yang kritis pemikirannya. Hanya sayang, dia meninggal di usia yang sangat muda (27 tahun) saat melakukan hobinya yaitu mendaki gunung. 

"Filsuf Yunani pernah menulis : Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan. Yang kedua adalah dilahirkan tetapi mati muda. Dan yang tersial adalah mati di umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah, mereka yang mati muda."

Buku ini berisi kumpulan catatan harian Soe Hok Gie. Menarik untuk dibaca sekalipun banyak bagian yang membosankan karena mencakup kehidupan sehari-hari Gie. Banyak nama teman-teman Gie yang jelas saya tidak kenal. Mungkin diari ini akan lebih menyenangkan dibaca oleh orang terdekat Gie yang mengenal detail kehidupannya. Tapi saya tetap suka membaca narasi-narasi Gie yang rumit dan penuh analisis. Keren.

Sekarang tinggal nonton filmnya deh. Cihuy!

4/5

2 comments:

  1. hi sabrina.. salam kenal ya. suka tulisanmu di sini, menyentuh! aku blm baca buku ini, mmg direkomen bgt sih.. dan skrg hanya dijual di toko buku tua atao bekas ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal jg, mei... makasih dah mbaca :) iye, saya jg beli buku ini di toko buku langka... agak susah nyarinya... tp layak dikoleksi...

      Delete