Sunday 22 September 2013

Unforgettable


Judul : Unforgettable
Penulis : Winna Efendi
Tebal : 184 halaman
Penerbit : Gagas Media

Ini adalah satu kisah dari sang waktu tentang mereka yang menunggu. Cerita seorang perempuan yang bersembunyi di balik halaman buku dan seorang lelaki yang siluetnya membentuk mimpi di liku tidur sang perempuan.

Ditemani krat-krat berisi botol vintage wine yang berdebu, aroma rasa yang menguar dari cairan anggur di dalam gelas, derit kayu di rumah usang, dan lembar kenangan akan masa kecil di dalam ingatan.

Pertemuan pertama telah menyeret keduanya masuk ke pusaran yang tak bisa dikendalikan. Menggugah sesuatu yang telah lama terkubur oleh waktu di dalam diri perempuan itu. Membuat ia kehilangan semua kata yang ia tahu untuk mendefinisikan dan hanya menjelma satu nama: lelaki itu.

Sekali lagi, ini adalah sepotong kisah dari sang waktu tentang menunggu. Kisah mereka yang pernah hidup dalam penantian dan kemudian bertemu cinta.


Review:
Pertama kali saya mendapat buku ini, saya langsung kaget. Tipis amat. Saya pesan langsung ke penulisnya dan saya nggak tahu kalau buku barunya ini nggak sampai 200 halaman. Saya jadi agak sangsi sama isinya.

Tapi ini Winna Efendi. Dia cukup menjalin kata-kata untuk membuat saya menikmati bukunya. Sejak awal saya membaca karyanya, saya sudah suka dengan gaya penulisannya yang rapi dan enak dibaca. 

Seperti sinopsis di belakang bukunya, ini adalah kisah dua orang yang menunggu. Sang perempuan yang bersembunyi di balik laptopnya untuk mengarang dan menjauhkan diri dari sakit hatinya... Sang pria yang masih tidak tahu apa yang dicarinya dalam hidupnya... Mereka berdua dipertemukan di sebuah restoran. Awalnya mereka hanyalah dua orang asing yang tidak saling kenal. Tapi dengan obrolan yang mereka bagi setiap harinya dan juga berbagai macam wine yang mereka nikmati bersama, mereka menjadi dekat,saling memahami satu sama lain, dan jatuh cinta.

Namun tak seorang pun dari mereka yang pernah menyebut nama masing-masing.

Uniknya buku ini ditulis dengan gaya yang agak berbeda. Semua percakapan ditulis dalam huruf italic. Sudut pandangnya juga berganti-ganti tanpa pemberitahuan. Saya sempat bingung awalnya sebelum akhirnya bisa membiasakan diri dengan cara penulisan seperti ini. 

Yang jelas saya suka mood buku ini. Melankolis dan sendu. Sedih tapi juga damai. Endingnya sweet dan masih tetap membawa kesan penantian dan kenangan yang tak akan pernah terlupakan. Tidak segala hal yang mereka inginkan bisa mereka dapatkan... Hanya bisa menyalahkan perasaan yang tumbuh di waktu yang tidak tepat. Dan saya suka quote-quote tentang wine di awal setiap babnya.

Keluhan saya cuma satu. Kurang panjang!! Hehe...

4/5 

No comments:

Post a Comment