Friday 2 March 2018

Simon vs. the Homo Sapiens Agenda


Judul : Simon vs. the Homo Sapiens Agenda
Penulis : Becky Albertalli
Tebal : 303 halaman
Penerbit : Balzer + Bray

Sixteen-year-old and not-so-openly gay Simon Spier prefers to save his drama for the school musical. But when an email falls into the wrong hands, his secret is at risk of being thrust into the spotlight. Now Simon is actually being blackmailed: if he doesn’t play wingman for class clown Martin, his sexual identity will become everyone’s business. Worse, the privacy of Blue, the pen name of the boy he’s been emailing, will be compromised.

With some messy dynamics emerging in his once tight-knit group of friends, and his email correspondence with Blue growing more flirtatious every day, Simon’s junior year has suddenly gotten all kinds of complicated. Now, change-averse Simon has to find a way to step out of his comfort zone before he’s pushed out—without alienating his friends, compromising himself, or fumbling a shot at happiness with the most confusing, adorable guy he’s never met.
 


Review:
Karena filmnya sebentar lagi keluar, saya harus baca buku ini terlebih dahulu. 

Buku ini super terkenal. Kayaknya hampir semua orang kasih review yang positif untuk buku ini. Lucu, romantis, dan tentang gay. Baru banget kan? 

Nggak.


Saya rasa tipe cerita cinta unyu yang menyangkut secret admirer itu bukan hal yang baru. Banyak kok. Cuma karena ini antara dua cowok, jadi kesannya wow. Tapi saya tidak merasa ada yang spesial tentang buku ini. Saya harus akui kalau si Simon ini lucu. Panik-paniknya agak cacat gitu. Saya lumayan suka hubungannya dengan orangtua dan teman-temannya. Sangat ceria dan ramai.

Nah, itulah masalahnya. Saya kurang suka cerita ceria, super bahagia, dan ramai. Hahaha... Saya jauh lebih suka yang dark, sedih, sepi, dan banyak konflik. Menurut saya, buku ini terlalu ringan. Konsepnya bagus. Tentang membuka diri di tengah masyarakat yang mungkin akan menghina diri kita. Tapi pembawaan cerita ini yang ceria membuat topik itu terasa seperti candaan sambil lewat saja.

Iya, ini salah saya sih memilih buku yang tidak sesuai umur. Saya sudah terlalu tua untuk cerita beginian. Saya kadang merasa si Simon ini lebay banget ya. Masalah sepele begitu saja pusing. Tapi memang remaja kan suka memusingkan hal-hal sepele yang sebenarnya penting buat mereka. 

3/5

No comments:

Post a Comment